Aku merasa ragu untuk memasuki kelas X A, kelas baru yang akan kutempati. Kakiku gemetar ketika aku mengetuk pintu kelas itu. Lalu pintu kelas itu dibuka oleh seorang guru yang cantik, tersenyum manis padaku. Aku membalas senyum Bu Guru itu dengan senyum yang tak kalah manisnya. “Mbak, silakan masuk”, ucap ibu itu padaku. “Terimakasih”, jawabku singkat. “Anak-anak, kita kedatangan teman baru. Namanya Rani. Rani, ini adalah kelas dan teman-teman barumu. Semoga kamu betah sekolah di sini. Kamu boleh memanggil saya dengan Ibu Yayuk. Silakan perkenalkan diri kamu di depan teman-temanmu!”.
Yeah...dengan malu-malu aku memperkenalkan diri. “Perkenalkan nama saya Ranisa Mouri. Nama panggilan saya Ran. Saya pindahan dari SMA N Sewon. Sekarang saya tinggal di jalan parangtritis km 7,5. Salam kenal teman-teman. Terimakasih”
Setelah itu aku dipersilahkan duduk di deretan paling kiri didepan meja guru. Setelah itu aku sedikit melamun. Yeah… aku terpaksa pindah di sekolah ini, SMA 18 Jogja. Aku harus meninggalkan rumahku di Godean, teman baikku di Tirto: Della dan Pathik. Sungguh berat rasanya. Tapi aku harus menuruti kedua orangtuaku yang dipindah tugaskan di jalan Parangtritis. Huft... aku merasa sulit untuk memulai ini semua. Memulai berkenalan dengan lingkungan baruku. Memulai tahap sosialisasiku di sini dari angka 0. Aku harap ada Sinichi Kudo di sini. Membantuku menyelesaikan teka teki hidupku. Hahaha.. yeah, aku emang ngefans berat sama Sinichi Kudo. Dia adalah cowok tampan yang menyusut karena diberi racun APTX 4869 dan menyamar menjadi Conan Edogawa. Dia adalah pemeran utama di serial kartun Detektif Conan.
Saat pulang sekolah, aku merasa senang karena setidaknya aku sudah punya beberapa teman. Misalnya Morgan, John, Petra, Lyla, Indri, Nita, dan Hanura. Mereka sangat seru buat diajak ngobrol, terutama John, dia sangat lebay saat bicara, Nita dengan lesung pipinya yang imut membuat banyak orang betah ketika bicara dengannya. Indri dengan berita yang update tentang dunia musik, Morgan yang pendiam, Lyla yang suka nyanyi, Petra yang hobi main gitar, dan Hanura yang pintar menari. Tapi ada hal yang sedikit kusayangkan dari mereka, ternyata tak ada satupun diantara mereka yang suka kisah detectif conan. Bahkan kata mereka, jarang banget murid SMA ini yang suka detektif conan. Malah sepertinya gak ada deh. Soalnya rata-rata siswa SMA 18 Jogja tuh sukanya kartun doraemon, sinchan, naruto, kobochan, one piece, dll. Wah… amat sangat disayangkan, tapi gak papa deh. Yang penting aku punya teman disini. Lumayanlah dalam sehari aku dah punya teman.
Setelah makan siang di kantin, mereka bertujuh mengajakku pergi ke perpustakaan. Lalu aku bertanya pada mereka “Hai teman-teman, di perpus ada komik Conan gak ya?”. Serentak mereka menjawab “Nggak ada, Ran!”. Dengan muka cemberut akhirnya aku mengikuti mereka ke perpus. Setelah sampai di sana, aku langsung mencari komik conan dari rak ke rak. Seolah-olah aku tak percaya di sekolah semegah ini tidak ada komik conan.
“Aaaawwwwwww.....” tak sengaja kepalaku menabrak rak buku di depanku. “kamu baik-baik saja?”, tanya seorang lelaki di depanku. “Iya, gak papa kok” jawabku. “Kamu kok bisa nabrak rak sih?” tanya orang yang berdasi dengan dua garis yang menandakan dia kelas XI. Aku jawab saja apa adanya, “Maaf kak kalau jeritanku tadi mengganggu. Aku tidak tahu kalau di situ ada rak. Soalnya aku baru pindah di sekolah ini tadi pagi. Aku tadi sibuk mencari komik conan kak”. Aku melihat menatap sebentar ke wajah orang yang sedang membetulkan kacamata ini, aku sempat mambaca namanya, Fajarudin Ar Rayhan. Lalu orang ini berkata, “Oh... Gitu ya Dek. Perkenalkan namaku Fajar. Oh.. Kamu suka detektif conan ya Dek?. Oh iya, nama kamu siapa?”. Jawabku, “Namaku Ranisa Mouri. Mas Fajar boleh panggil aku Ran. Iya Mas, aku suka banget komik itu, tapi aku nyari dari tadi di sini gak ketemu”. Mas Fajar melepaskan kacamata nya dan mengelapnya. Lalu sejenak bicara, “Sama Dek! Aku juga suka, ceritanya penuh petualangan. Apalagi Sinichi kudo, mirip kan Dek sama aku. Hahaha..”. Lalu aku memperhatikan orang didepanku ini. Dan ternyata benar. Fajar yang melepas kacamata nya ini mirip dengan Sinichi Kudo. Waw...! meskipun tak 100% mirip, tapi setidaknya orang ini punya tubuh yang proporsional. Punya tubuh tinggi, rambut yang tertata rapi, tatapan mata yang tajam, tawa yang indah, gaya bicara yang bijaksana. Dan harus kuakui jika orang ini lebih terlihat tampan tanpa kacamata.
“Ehm..ehm” Indri berdehem di sampingku. “Cie..cie..cie.. suit suit” dengan kompak mereka mengejekku. Dan gara-gara itu mukaku jadi merah karena malu. Lalu Mas Fajar berkata “Dek kalau kamu mau, besok Selasa kamu mau ikut aku ke Gramedia tidak? Pulang sekolah ku mau beli komik conan edisi terbaru”. Dengan senang hati aku menjawab “baiklah Mas, aku mau ikut”. Setelah percakapan yang cukup singkat itu Mas Fajar pergi dari perpustakaan. Meskipun Mas Fajar pergi, tapi pesonanya masih tertinggal di perpustakaan. Atau malah pesona-pesona itu tertinggal di hatiku.
Aku menepati janjiku pada Mas Fajar. Sepulang sekolah aku menunggu nya di kantin. Aku menunggunya sambil makan mi goreng yang super enak ini. Dan akhirnya yang ditunggu datang juga, lalu kami berdua segera pergi ke tempat parkir, kemudian melaju motor ke arah Gramedia. Sesampai di sana kami segera menuju ke lantai paling atas dan segera berburu komik detektif conan yang paling baru. Sebelum membeli kami berdua membacanya terlebih dahulu. Kami bercerita semua tentang detektif conan. Huft... andaikan orang berkacamata ini tau kalau dia itu telah mencuri hatiku. Rasanya ini cinta pada pandangan pertama. Oh... betapa indahnya.
Setelah mulai capek membaca, kami memutuskan untuk makan dulu di Jogja Chicken. Setelah capek berjalan-jalan kami memutuskan untuk pulang. Dan betapa senangnya aku ketika dia bertanya padaku, berapa nomer handphone ku. Mas Fajar mengantarku pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, Mas Fajar sempat berkenalan dengan orangtuaku. Bahkan orang tuaku berpendapat jika Mas Fajar itu imut banget dengan kacamata nya itu. Kata oranngtuaku, Mas Fajar itu mirip dengan detektif conan. Hahaha... lucunya. Aku yakin malam ini aku tak bisa tidur, aku pasti masih berbunga-bunga jika aku ingat hari yang indah ini bersama Mas Fajar.
Hampir satu bulan aku dan Mas Fajar smsan. Kami tambah akrab karena ternyata kami satu ekstra kulikuler di sekolah. Kami sama-sama ikut mading. Kami sering jalan-jalan bersama untuk meliput kejadian-kejadian untuk dimasukkan ke madding sekolah. Misalkan saja kami dan teman-teman yang lain pergi ke Gua Cerme, Gua Langse, Kinahrejo, dan yang berkesan adalah di Kaliduren. Walaupun di sana kami hanya melihat sawah. Tapi bagiku itu sangat indah. Lebih dari indah. Itu semua karena ada Mas Fajar dan teman-teman baikku di sana. Kami bersenda gurau dan saling bercerita seperti biasanya. Benar-benar membuatku bahagia. Aku harap Mas Fajar punya perasaan yang sama padaku.
Ketika aku pergi ke perpustakaan bersama Indri dan Hanura. Aku melihat Mas Fajar bersama seorang perempuan yang sangat cantik. Aku bertanya pada Indri, “Ndri, itu yang lagi ngobrol sama Mas Fajar namanya siapa ya?” Indri menjawab dengan muka sedikit serius. “Ran, cewek itu namanya Icha. Dia teman satu kelas Mas Fajar. Dia juga satu klub matematika sama Mas Fajar. Mereka berdua akhir-akhir ini akrab banget lho. Maaf kalua aku bicara seperti ini. Aku tau kamu pasti sakit hati. Tapi ini nyata Ran. Aku kira mereka berdua berpacaran”. Hanura pun mendukung Indri dengan berkata, “Iya Ran, aku tau kamu pasti kecewa. Tapi aku juga mengira mereka berpacaran. Aku sering melihat mereka duduk berdua di taman”. Kata-kata mereka berdua benar-benar menusuk hatiku. Aku seolah tak percaya. Aku merasa hubungan ku dan Mas Fajar sudah dekat. Selagi aku melamun, Mas Fajar dan Mbak Icha datang menghampiriku. Mas Fajar tersenyum manis padaku dan berkata, “Halo Dek Ran. Gimana komiknya? Mau beli edisi yang terbaru lagi gak? Oh iya, perkenalkan ini pacar kakak. Namanya Icha. Cantik kan? Mirip Ran Mouri kan?”. Lalu perempuan itu tertawa riang dan berkata “hahaha.. kamu nggak usah berlebihan gitu. Oh iya, nama kamu siapa Dek?”. Gubraaaaak! Hatiku sakit banget. Aku menjawab pertanyaan Mbak Icha dengan singkat. “Namaku Ranisa, biasa dipanggil Ran”
“Dek, besok teman-teman mading mau buat liputan di Taman Pintar. Kamu mau ikut nggak Dek?”. Aku menjawab, “Tentu saja aku ikut. Aku suka petualangan!”.
Yeah... meskipun Mas Fajar sudah punya pacar tapi aku harap persahabatan ini tak akan putus. Aku berharap kita menjadi sahabat selamanya. Aku tau hati ini sakit. Tapi aku akan coba menghilangkan rasa sakit ini dengan aktif dalam berbagai ekstra kulikuler di SMA 18 Jogja ini. Aku yakin aku bisa menghapus rasa sakit ini. Aku tau aku tak bisa mencintainya. Tapi aku tetap menganggapnya sebagai Sinichi Kudo di sekolahku. Seorang lelaki yang baik hati, pintar, jenaka, kreatif dan menyenangkan. Seorang kakak kelas yang gemar berpetualang. Aku tau, Sinichi Kudo itu hanya ada dalam cerita detektif conan. Sinichi Kudo hanyalah sebuah imajinasi.
KHAIRUNNISA H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar